Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Nama Resmi :Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah
Ibukota :Semarang
Luas Wilayah :32.800,69
Km2 *)
Jumlah Penduduk :34.897.757
jiwa *)
Suku Bangsa :Jawa
Agama :Islam :
14.942.383 jiwa, Kristen Protestan : 241.423 jiwa, Katholik : 181.340 jiwa,
Buddha : 34.182 jiwa, Hindu : 13.988 jiwa, dan lainnya : 6.531 jiwa.
Wilayah Administrasi : Kab.:
29, Kota : 6, Kec.: 573, Kel.: 750, Desa : 7.809 *)
Lagu Daerah :Gambang
Suling, Suwe Ora Jamu, Gundul Pacul, Lir Ilir
*) Sumber
: Permendagri Nomor 39 Tahun 2015
Sejarah
Jawa Tengah sebagai provinsi dibentuk sejak zaman Hindia Belanda. Hingga tahun 1905, Jawa Tengah terdiri atas 5 wilayah (gewesten)
yakni Semarang, Pati, Kedu, Banyumas, dan Pekalongan. Surakarta masih merupakan daerah
swapraja kerajaan (vorstenland) yang berdiri sendiri dan terdiri dari
dua wilayah, Kasunanan Surakarta dan Mangkunegara, sebagaimana Yogyakarta. Masing-masing gewest terdiri atas kabupaten-kabupaten.
Waktu itu Pati Gewest juga meliputi Regentschap Tuban danBojonegoro.
Setelah diberlakukannya Decentralisatie Besluit tahun 1905, gewesten diberi otonomi dan dibentuk Dewan Daerah. Selain itu juga dibentuk gemeente (kotapraja) yang otonom, yaitu Pekalongan, Tegal, Semarang,Salatiga, dan Magelang.
Sejak tahun 1930, provinsi ditetapkan sebagai daerah otonom yang juga
memiliki Dewan Provinsi (Provinciale Raad). Provinsi terdiri atas
beberapa karesidenan (residentie),
yang meliputi beberapa kabupaten (regentschap), dan dibagi lagi dalam
beberapa kawedanan (district). Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 5
karesidenan, yaitu: Pekalongan, Pati, Semarang, Banyumas, dan Kedu.
Menyusul kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1945 Pemerintah membentuk
daerah swapraja Kasunanan dan Mangkunegaran; dan dijadikan
karesidenan. Pada tahun 1950 melalui Undang-undang ditetapkan pembentukan
kabupaten dan kotamadya di Jawa Tengah yang meliputi 29 kabupaten dan 6
kotamadya. Penetapan Undang-undang tersebut hingga kini diperingati sebagai
Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah, yakni tanggal 15 Agustus 1950.
Pemerintahan
Secara administratif, Provinsi Jawa Tengah
terdiri atas 29 kabupaten dan 6 kota. Administrasi pemerintahan kabupaten dan kota ini terdiri
atas 545kecamatan dan 8.490 desa/kelurahan.
Sebelum diberlakukannya Undang-undang Nomor
22/1999 tentangPemerintahan Daerah, Jawa Tengah juga
terdiri atas 3 kota administratif, yaitu Kota Purwokerto, Kota Cilacap, dan Kota Klaten. Namun sejak
diberlakukannya Otonomi Daerah tahun 2001 kota-kota administratif
tersebut dihapus dan menjadi bagian dalam wilayah kabupaten.
Menyusul otonomi daerah, 3 kabupaten
memindahkan pusat pemerintahan ke wilayahnya sendiri, yaitu Kabupaten Magelang (dari Kota Magelang ke Mungkid), Kabupaten Tegal (dari Kota Tegal ke Slawi), serta Kabupaten Pekalongan (dari Kota Pekalongan
ke Kajen).
Geografi
Menurut tingkat kemiringan lahan di Jawa
Tengah, 38% lahan memiliki kemiringan 0-2%, 31% lahan memiliki kemiringan
2-15%, 19% lahan memiliki kemiringan 15-40%, dan sisanya 12% lahan memiliki
kemiringan lebih dari 40%.
Kawasan pantai utara Jawa Tengah memiliki
dataran rendah yang sempit. Di kawasan Brebes selebar 40 km dari
pantai, dan di Semaranghanya selebar 4 km.
Dataran ini bersambung dengan depresi Semarang-Rembang di timur. Gunung Muria pada akhir Zaman Es (sekitar 10.000 tahun
SM) merupakan pulau terpisah dari Jawa, yang akhirnya menyatu karena terjadi
endapan aluvial dari sungai-sungai yang mengalir. Kota Demak semasa Kesultanan Demak (abad ke-16 Masehi)
berada di tepi laut dan menjadi tempat berlabuhnya kapal. Proses sedimentasi
ini sampai sekarang masih berlangsung di pantai Semarang.
Di selatan kawasan tersebut terdapat Pegunungan Kapur
Utara danPegunungan Kendeng, yakni pegunungan
kapur yang membentang dari sebelah timur Semarang hingga Lamongan (Jawa Timur).
Rangkaian utama pegunungan di Jawa Tengah
adalah Pegunungan Serayu Utara dan Serayu Selatan. Rangkaian Pegunungan Serayu
Utara membentuk rantai pegunungan yang menghubungkan rangkaian Bogor di Jawa
Barat dengan Pegunungan Kendeng di timur. Lebar rangkaian pegunungan ini
sekitar 30-50 km; di ujung baratnya terdapat Gunung Slamet dan bagian timur
merupakan Dataran Tinggi Dieng dengan puncak-puncaknya Gunung Prahu dan Gunung Ungaran. Antara rangkaian
Pegunungan Serayu Utara dan Pegunungan Serayu Selatan dipisahkan oleh Depresi
Serayu yang membentang dari Majenang(Kabupaten Cilacap),
Purwokerto, hingga Wonosobo. Sebelah timur depresi ini terdapat gunung berapi Sindoro dan Sumbing, dan sebelah timurnya
lagi (kawasan Temanggung dan Magelang) merupakan lanjutan depresi yang
membatasi Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Pegunungan Serayu
Selatan merupakan pengangkatan zone Depresi Bandung.
Kawasan pantai selatan Jawa Tengah juga
memiliki dataran rendah yang sempit, dengan lebar 10-25 km. Perbukitan yang
landai membentang sejajar dengan pantai, dari Yogyakarta hingga Cilacap.
Sebelah timur Yogyakarta merupakan daerah pegunungan kapur yang membentang
hingga pantai selatan Jawa Timur.
Flora dan
Fauna Jawa Tengah
Fauna:: Burung
Kepodang Emas ( Oriolus chinensis )
Fauna yang jadi maskot provinsi Jawa Tengah ini adalah
jenis burung yang memiliki warna keemasan seperti namanya ‘burung kepodang
emas’, warna keemasan dengan garis hitam pada sayap dan ekornya membuatnya
tampak elok. Burung ini termasuk pemakan biji-bijian dan burung ini juga
memiliki suara yang indah.
Flora:: Kantil
(Cempaka Putih)
Flora maskot provinsi Jawa Tengah ini adalah bunga katil
atau cempaka putih.
Kantil (Cempaka Putih) merupakan tanaman yang mempunyai
bunga berwarna putih dan berbau harum dengan tinggi pohon mencapai 30 meter.
Bunga kantil yang mempunyai nama latin Michelia alba dan masih
berkerabat dekat dengan bunga jeumpa (cempaka kuning) ini merupakan tanaman
khas (fauna identitas) provinsi Jawa Tengah.
Mitos yang berkembang di masyarakat, aroma bunga kantil yang
khas sangat disukai oleh kuntilanak, sejenis makhlus halus berjenis kelamin
perempuan. Kuntilanak, menurut mitos ini, sering menjadikan pohon kantil
(cempaka putih) sebagai rumah tempat tinggalnya. Terlepas dari mitos tersebut,
kantil mempunyai nilai tradisi yang erat bagi masyarakat Jawa, terutama Jawa
Tengah baik dalam prosesi perkawinan maupun kematian.
Ciri-ciri. Pohon kantil mempunyai tinggi yang mampu
mencapai 30 meter dan mempunyai batang yang berkayu. Pada ranting-ranting pohon
cempaka putih biasanya ditumbuhi bulu-bulu halus berwarna keabu-abuan.
Daun kantil (cempaka putih) tunggal berbentuk bulat telur
dan berwarna hijau. Tangkai
daun lumayan panjang, mencapai hampir separo panjang daunnya. Kantil (Michelia
alba) mempunyai bunga berwarna putih yang mempunyai bau harum yang khas.
Tanaman yang dimitoskan sebagai rumah kuntilanak ini jarang ditemukan mempunyai
buah karena itu perbanyakan dilakukan secara vegetatif.
Habitat dan Persebaran. Pohon kantil (cempaka putih)
tersebar mulai daratan Asia beriklim tropis hingga beberapa pulau di kawasan
Pasifik. Di Indonesia, tanaman ini yang menjadi flora identitas provinsi Jawa
Tengah ini tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Habitat tumbuhan kantil meliputi daerah beriklim tropis pada
dataran rendah hingga ketinggian mencapai 1.600 meter dpl.
Manfaat dan Kegunaan.
Bunga Kantil mempunyai nilai
tradisi yang erat bagi masyarakat Jawa, terutama di Jawa Tengah. Bunga Kantil
banyak di gunakan pada upacara perkawinan terutama sebagai hiasan sanggul dan
keris. Selain itu bunga kantil juga digunakan pada upacara kematian dan tabur
bunga (nyekar).
Dalam bahasa Jawa, kantil berarti menggantung seperti halnya
bunga ini. Bunga Kantil mempunyai makna ritual ‘kemantilkantil’ yang berarti
selalu ingat dimanapun berada dan selalu mempunyai hubungan yang erat sekalipun
sudah berbeda alam.
Secara medis, bunga, batang, daun kantil (Michelia alba)
mengandung alkaloid mikelarbina dan liriodenina yang mempunyai
khasiat sebagai ekspektoran dan diuretik. Karena kandungan yang
dipunyainya, kantil dipercaya dapat menjadi obat alternatif bagi berbagai
penyakit seperti bronkhitis, batuk, demam, keputihan, radang, prostata, infeksi
saluran kemih, dan sulit kencing.
Sayangnya khasiat yang dipunyai oleh bunga cempaka putih ini
belum tereksplorasi secara maksimal. Sehingga meski saat ini mulai ada yang
berusaha membudidayakan tanaman ini tetapi pemanfaatannya lebih banyak untuk
acara-acara spiritual dan tradisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar